Wednesday, April 2, 2008

Bagaimana Yesus menjadi Tuhan?

How on Earth did Jesus become a God?

Satu pertanyaan provokatif yang mencoba mencari tahu bagaimana awal mula
orang berdevosi pada Jesus sebagai Lord.
Selama ini banyak ahli (Wilhelm Bousset, Dunn dan Casey), terutama Bousset berpendapat bahwa ide kealahan Yesus bersifat evolutif,artinya berkembang di komunitas diaspora luar Israel seperti antiokia, serta dipengaruhi lingkungan
pemikiran filosofis Yunani-romawi. Sebutan Kyrios, Crystos muncul dari pengaruh dan model agama pagan sekitar Syria
yang memuja demigods (seperti dewa) dan mendewakan pahlawan (divined heroes).
Maurice Casey berpendapat kalau bukti pertama kealahan Yesus itu ada pada injil Yohanes dengan prolognya! Injil ini ditulis sekitar tahun 80 M. 50 tahun setelah kristianitas tersebar di berbagai daerah diaspora dan dipengaruh oleh pemikiran politheisme.

Hutado, profesor perjanjian baru dari Edinburgh, menyanggah pendapat di atas. Dalam researchnya lebih dari 20 tahun, dia menyatakan bahwa ide tentang kealahan Yesus tidak bersifat evolutif, namun tiba-tiba seperti volcano eruption! Tulisan kisah pemujaan Yesus sebagai divine lord sudah muncul awal sekali pada komunitas murid di lingkungan Yahudi, bukan diaspora. Dalam pemujaan pada Yesus, ada berbagai istilah yang dengan jelas memujaNya: memanggil nama Yesus untuk pengusiran setan, doa pada Allah lewat dan dalam Yesus, perjamuan makan bersama dalam nama Yesus dan panggilan nama Yesus dalam baptisan. Ritus-ritus ini men jadi embrio bagi sebuah mutasi kristianitas dari Yahudi.

Dua tulisan awal soal divine Yesus adalah dari Galatia 1:15, Paulus menyebut Yesus sebagai God's unique son, serta 1 Cor 16:22, Marana tha" O lord, come". "Marana tha" adalah istilah dalam bahasa Aram. Kenapa Paulus tidak membahasakan ulang kata itu dalam bahasa Yunani? Padahal 1 Korintus ditulis untuk umat yang hidup dalam budaya helenis. Pengandaiannya, istilah Marana tha sudah umum dipakai dan orang tahu apa maksudnya! Berarti kultis itu sudah ada lama, jauh sebelum paul menulis surat ke Korintus sekitar tahun 50-an.

Penyembahan pada diri Yesus menjadi sangat khas dan unik karena tidak ada padanannya dalam tradisi Yahudi. "None of the principal agent figure in the relevant Jewish texts functions in the way that Jesus does in the devotional practice of earliest Christian." Tradis Yahudi punya istilah perantara bagi Allah seperti "Wisdom, Logos, para nabi dan malaikat", tapi semua itu tak bisa dipadankan dengan pribadi Yesus sebagai pengantara.

Hutado mengistilahkan Binitarian Monotheism bagi peran khas Yesus sebagai pengantara. Binitarian berusaha menghindari pemahaman bahwa Yesus adalah Allah kedua setelah GOD. Gereja awal sungguh-sungguh menghayati monoteisme sebagaimana ada dalam 1 Cor 8:5-6: Hanya ada satu Tuhan sebagai pencipta dan kepada siapa kita percaya serta satu Lord yang lewat dan dalam dia segala diciptakan. Ada ketegasan pemisahan antara peran Yesus yang subordinat dari ALLAH sebagai pencipta, serta peran Nya sebagai perantara ciptaan dan penebusan.

catatan :
Saya sendiri pernah kesulitan bagiamana memahami dogma trinitas dan menjelaskannya pada umat dalam kotbah. Namun ketka kita kembali ke KS dan menelusurinya, saya jadi lebih bisa mengerti, sejarah awalnya bagaimana.
semoga berguna untuk anda semua

2 comments:

Anonymous said...

Kembali pada akarnya,

Ada banyak kesulitan memahami dogma trinitas, terutama kalau sekedar berpijak pada dokumen-dokumen konsili awal (nicea dll) tanpa sungguh memahami konteks dan bahasa waktu itu. Bagaimana pun, dogma itu mau membahasakan dalam konteks alam pikir graeco-romano apa yang diimani oleh jemaat perdana dan diteruskan Gereja hingga kini. So, aku setuju banget kalau kita harus kembali pada apa yang diwartakan dalam KS, tidak melulu menjelaskan secara dogmatis dan doktriner.
Jika kembali lagi ke KS, ada kesulitan orang Indonesia pada umumnya dalam memahami monoteisme dalam paham Trinitas. Di Indonesia, sebutan Allah sama dengan Tuhan. Penggunaannya tidak dibedakan. Padahal dalam KS, terutama PB, dan ajaran Gereja (tentunya), sebutan Tuhan [Dominus, kyrios, Lord] dibedakan dengan sebutan Allah [Deus, Theos, God]. Yesus selalu disebut sebagai Tuhan, bukan Allah. Dan pula, sebutan Tuhan untuk Yesus dalam PB berbeda nuansa dengan sebutan TUHAN untuk YHWH dalam PB.

Dimas Danang A.W.

GURU_SD said...

Rm. Galih, proficiat untuk blog-nya. Semoga bisa menjadi ajang diskusi yang sehat dan saling memperkaya demi kebaikan bersama. - indra sanjaya, pr